16 November 2008

Mengapa sebuah paham sesat mudah diterima dimasyarakat?

Sekedar sharing aja. Kadang kita termenung memikirkan sesuatu yang kita anggap bertentangan dengan aqidah tetapi kok banyak pendukungnya ya. Paham sesat yang kita anggap bersebrangan dengan Islam namun sebuah paham itu memiliki dukungan bahkan mendapatkan support yang banyak. Semisal ide demokrasi. Tiba-tiba ide itu secepat dan seketika itu dipahami oleh masyarakat. Bahkan ditingkat level orang awam sekalipun. Paham demokrasi, reformasi, KKN, Ahmadiyah dan konco-konconya, itu khan kemudian menjadi kosa kata harian lalu diadopsi bahkan oleh anak-anak kecil sekalipun.

Mengapa sebuah paham itu bisa secepat itu? Beberapa teman-teman dan juga para intelektual mengatakan bahwa itu karena peran media. Media informasi yang tidak asing lagi didalam kehidupan kita. Ada banyak banyak macamnya saya yakin teman-teman lebih paham soal itu. Media itu yang membuat konteks dan sistem analisis itu menjadi lebih memiliki langkah-langkah yang lebih besar. Ia membawa paham yang kemudian dicerna oleh masyarakat sehingga masyarakat menganggap bahwa itu adalah kebenaran tanpa melihat dalil atau nas sumbernya.

Ada orang Belanda yang meneliti tentang media. Dia telah meneliti tentang sejarah kelangsungan media Islam pada abad-abad kolonial sampai sekarang. Pada teritorial ternyata produksi dan distribusi media-media Islam itu bergeser secara geografis. Dari dulu di Singapura kemudian pindah ke Jakarta, kemudian pindah ke Surabaya. Nah sekarang pindah ke Djogja. Media-media ini sebenarnya memiliki fungsi bagi munculnya keyakinan atau pemahaman tadi.

Pemahaman itu bisa dan dapat berkembang salah satu diantaranya adalah peran media. Maka kemudian semua gerakan sekarang berpikir tentang media. Media menjadi sangat penting. Dan media itu didukung oleh kekuatan piranti baru yang disebut dengan modal. Modal yang menggerakkan media. Sekarang ini pertarungannya pada titik ini. Aktor kekuatan modal adalah yang melandasi atraksi dari kekuatan media. Setelah modal kemudian adalah organ. Organisasi apa yang efektif melakukan itu semua. Itu aja. Saya yakin teman-teman lebih paham tentang ini dan lebih banyak pengalaman ketimbang saya. Semoga bermanfaat.

5 komentar:

  1. yha memang media sejak awalnya dulu selalu dimanfaatkan untuk hal-hal yang bersifat politis.

    bedanya kalau dulu jelas politisnya,
    dengan penggunaan media sebagai propaganda penguasa
    sekarang tetap begitu,
    tapi dengan cara yang halus,.
    media membuat agenda yang kemudian disenangi masyarakat.
    lihat kan hiburan2 ndak penting seperti reality show cinta2an itu..?

    heran?? sama kayak saya pak Guru!

    BalasHapus
  2. Terimakasih dik Maey atas masukannya. Pakar komunikasi pasti lebih paham, bukan?

    BalasHapus
  3. "Modal yang menggerakkan media. Sekarang ini pertarungannya pada titik ini. Aktor kekuatan modal adalah yang melandasi atraksi dari kekuatan media. Setelah modal kemudian adalah organ. Organisasi apa yang efektif melakukan itu semua." => Freemasonry, Illuminati, CFR, Trilateral Commission, Skull and Bones, Comittee of 300, Cabballah, dan sebagainya...

    Baca buku karya Fritz Springmeier berjudul THE ILLUMINATI FORMULA TO CREATE AN UNDETECTABLE MIND CONTROL (atau apa persisnya saya lupa) tentang mind control. Santai aja, ngga semua yang lo liat di TV itu benar, hehe.

    BalasHapus
  4. Akh @gung terimakasih atas masukannya.. Wah nggak nyangka yang komen diblog ini tidak hanya pinter tapi pinter-pinter.. he he.

    Ya itu dia, organisasi perusak dunia.. kita mesti kudu waspada ya nggak? Jangan-jangan kita ini sudah dihegemoni, udah dijajah, udah dikuasai tapi sadarkah kalian? (Bercanda). Gimana nih pemuda mau bergerak atau tergantikan. Menukil dari Azizah he he.

    By the way Gung antum beli buku dibaca nggak? Boleh pinjam? (rep pinter ning ra modal)

    BalasHapus
  5. untuk Ridwan Kuntara:

    kalo bisa ketemu aja biar enak ngomongnya. ngga asyik ngomong hal-hal krusial gini di blog. tanya-tanya dek Maey aja kalo mo ketemu, kapan bareng gitu, biar enak, hehe.
    sebenarnya niat pengen pinter udah modal bagus kok, bayangin kalau ngga ada niat, repot kan? :))
    ngga dibaca, cuma diliatin tulisan sama gambarnya doang kok, hahaha. tetep istiqomah bro, masih ada tugas negara je saya, ada 3 buku harus saya garap secepatnya. see ya later.

    BalasHapus

Untuk Komentar Pilih: Name/URL